INTERAKSIONISME SIMBOLIK GEORGE HERBERT MEAD



1.     Pengantar
Dasar filosofi dari pemikiran interaksionisme simbolik ada dua pemikiran pokok yaitu pemikiran filsafat pragmatisme dan pemikiran behaviorisme psikologi. Namun, oleh Herbert Blumer dan George Herbert Mead  interaksi simbolik telah diperhalus untuk dijadikan salah satu pendekatan sosiologis. Selain itu, mereka berpandangan bahwa manusia adalah individu yang berpikir, berperasaan, memberikan pengertian kepada setiap keadaan yang melahirkan reaksi dan interpretasi kepada setiap rangsangan yang dihadapi. Kejadian-kejadian tersebut dilakukan melalui interpretasi simbol-simbol atau komunikasi bermakna yang dilakukan melalui gerak, bahasa, rasa simpati, empati dan melahirkan tingkah laku lainnya yang menunjukkan reaksi atau respon terhadap rangsangan-rangsangan yang datang kepada dirinya.
Menurut Mead (dalam Johnson,1990.hlmnn 272) Interaksionisme simbolik adalah meniadakan konsep masyarakat, negara dan institusi sosial yang lain karena dianggap sebagai abstraksi belaka. Teori interaksionisme simbolik ini dikembangkan oleh beberapa ahli seperti George Herbert Mead, Cooley yang kemudian dilanjutkan Blumer dan Erving Goffman. Teori interaksionisme simbolik ini berkembang di Amerika Serikat dan menjadi pesaing utama paham fungsionalisme. Dalam teori ini, Mead mengklaim bahwa bahasa memungkinkan manusia menjadi makhluk self-conscious yang sadar akan individualitasnya dan unsur kunci dalam proses itu adalah simbol. Semua interaksi dalam individu manusia kemudian melibatkan suatu pertukaran simbol. Manusia secara konstan menjadi petunjuk mengenai tipe perilaku yang cocok dalam konteks itu sendiri dan menginterpretasikan sesuatu yang dimaksudkan oleh orang lain.
Teori interaksionisme simbolik memiliki tiga hal yang penting untuk dipelajari yaitu memusatkan perhatian antara aktor dan dunia nyata, memandang baik aktor maupun dunia nyata sebagai proses dinamis dan bahkan sebagai struktur yang statis, kemampuan aktor untuk menafsirkan dunia nyata. Para ahli interaksionisme simbolik melihat bahwa individu merupakan objek yang bisa secara langsung ditelaah dan dianalisis melalui interaksinya dengan individu lain.
Banyak ide-ide yang dikemukakan oleh Mead diantaranya adalah mengenai konsep prioritas sosial, tindakan, sikap, simbol-simbol signifikan, pikiran, diri, dan masyarakat. Mead dalam konsepsinya tentang interaksionisme simbolik mengadopsi teori dari sosiolog klasik Max Weber yang dalam teorinya juga menganalisis tindakan individu. Namun dalam paparan Max Weber, Mead dapat dikatakan lebih cenderung pada tindakan-tindakan individu sebagai birokrat.
Menurut Muchlis (2011,hlmnn.14 [jurnal]) Pada dasarnya interaksionisme simbolik dimulai dengan akar pemikiran intelektual terpenting dari George Herbert Mead yaitu filsafat pragmatisme dan behaviorisme psikologis. Pada aspek pragmatisme hal penting bagi interaksionisme simbolik ada 3 hal yaitu berkaitan jika disimpulkan perhatian terpusat pada interaksi antara aktor dan dunia nyata sebagai salah satu proses dinamis dan bukan sebuah struktur statis yang dihubungkan oleh aktor sosial guna menafsirkan kehidupan sosial.  Pada aspek behaviorisme, Lewis dan Smith menafsirkan bahwa Mead dipengaruhi  behaviorisme psikologis yang membawanya kearah pemikiran realis dan empiris.
Menurut Mead (dalam Ritzer,2010.hlmnn 271) masyarakat yang pertama kali muncul lalu diikuti pemikiran-pemikiran yang ada didalam masyarakat. Kelompok sosial selanjutnya membentuk kesadaran diri perkembangan mental individu. Mead juga menyimpulkan alasannya membuat konsep interaksionisme simbolik, yaitu pemakaian konsep psikologi sosial dengan konsekuensi yang melekat padanya. Untuk menganalisis perilaku ataupun tindakan sosial harus dimulai menganalisis perilaku sosial sebagai kompleksitas dan perilaku-perilaku individu yang menjadi bagian-bagian perilaku sosial tersebut.

1.1  Biografi George Herbert Mead
George Herbert Mead lahir di South Hatley Massachussets pada tanggal 27 Februari 1863. Beliau merupakan salah satu sosiolog yang mempunyai peran yang penting dalam perkembangan sosiologi modern. Ayahnya bernama Hiram Mead, sedangkan ibunya bernama Elizabeth Storrt Mead adalah seorang yang berkependidikan yang mengajar di Obelin College selama 2 tahun, kemudian menjadi presiden di Mount Holkoye College selama 10 tahun.
Sejak berumur 10 tahun, George Herbert Mead mendapat pendidikan di fakultas teologi di Oberlin di Ohio, dan selesai pada tahun 1883 saat itu dia dijuluki Sarjana Muda. Ketika menjadi mahasiswa, Mead berteman dengan Henry Castel seorang yang berasal dari keluarga kaya dan berpendidikan baik. Mereka sering berdiskusi tentang filsafat dan agama sehingga semakin kritis dalam kajian kepercayaan yang bersifat supranatural dan banyak mengembangkan tentang sastra, puisi dan sejarah.
Setelah ia lulus pada umur 20 tahun, lalu Mead mengajar disebuah sekolah dasar. Tetapi, empat bulan kemudian dipecat karena mengusir terlalu banyak anak-anak yang suka ribut di sekolah. Kemudian ia bekerja sebagai pekerja survei disebuah perusahaan kereta api. Selama bertahun-tahun itu Mead mendapatkan pengalaman tentang teknik sipil dan mendapatkan apresiasi dari kekuatan dan kemanfaatan praktis atas metode ilmiah. Namun selain bekerja sebagai pekerja survei, Mead tidak melupakan nalurinya sebagai seorang pendidik ia pun memberikan les privat.
Pada tahun 1887, Mead meneruskan kuliah di Universitas Harvard dan Universitas Leipzig. Lalu, ia ditawari menjadi dosen di Universitas Michigan dan pada tahun 1891 dan setelah itu beliau pindah ke Universitas Chicago pada tahun 1894 atas undangan Jhon Dewey.
Menurut Mead (dalam Johnson,1990. hlmn.6 ). Pemikiran Mead ini sangat berpengaruh dari pemikiran-pemikiran Jhon Dewey. Namun pemikiran Mead ini melepaskan diri dari pemikiran Jhon Dewey yang menuntutnya kepada teori psikologi sosial yang dituangkan dalam karyanya Mind, Self, and Society disusun dari bahan kuliah stenografisnya pada tahun 1928. Mead dikenal juga sebagai seorang psikologi sosial, kerana memang pada akhirnya ia banyak berbicara tentang proses berfikir, konsep diri dalam organisasi sosial, dan pola-pola pengambilan peran orang lain sebagai dasar organisasi sosial.
Pada tahun 1928, Mead sudah pensiun namun ia didaulat sebagai dosen kehormatan dan menjadi ketua jurusan Filosofi pada tahun 1930. Namun Mead berkonflik dengan departemen yang ia pimpin dengan presiden Universitas sehingga Mead memutuskan untuk mengundurkan diri yang ia tulis dirumah sakit. Tidak lama setelah itu ia mengundurkan diri, Mead meninggal pada tahun 1931 dirumah sakit akibat gagal jantung yang dideritanya.

2.     Isi
2.1  Prioritas Sosial
Buku yang dibuat oleh Mead yaitu Mind, Self and Societ, disebutkan bahwa bahwa masyarakat atau lebih luasnya kehidupan sosial adalah sesuai dengan prioritas dalam analisis Mead. Mead selalu memberikan prioritas pada kehidupan sosial dalam memahami pengalaman sosial. (Ritzer, 2010.hlmn.271) Dilihat dari sudut perilaku masing-masing individu yang membentuknya, kita bertolak dari keseluruhan sosial dengan aktivitas kelompok kompleks tertentu dan dimana kita menganalisa perilaku masing-masing individu yang membentuknya. Kita lebih berupaya untuk menerangkan perilaku kelompok sosial ketimbang menerankan perilaku terorganisir kelompok sosial dilihat dari sudut perilaku masing-masing individu yang membentuknya.
Dapat disimpulkan dari kutipan di atas bahwa menurut Mead keseluruhan sosial mendahului pemikiran individu baik secara logika maupun temporer. Individu yang berpikir dan sadar diri adalah mustahil secara logika menurut teori Mead tanpa didahului adanya kelompok sosial. Kelompok sosial muncul lebih dulu dan kelompok sosial menghasilkan perkembangan keadaan mental kesadaran diri.

2.2  Tindakan
Tindakan merupakan inti dari teori yang dikemukakan oleh Mead. Pendekatan yang dilakukan Mead dalam mengamati dan menganalisis tindakan adalah pendekatan behaviorisme. Pendekatan behavioris yaitu dengan memusatkan perhatian pada rangsang (stimulus) dan tanggapan (response). Menurut Wikipedia, rangsang adalah suatu hal yang datang dari lingkungan yang dapat menyebabkan respon tertentu pada tingkah laku. Jika rangsang dipasangkan dan dikondisikan maka akan terbentuk suatu tingkah laku atau tindakan. Namun, menurut Mead sebuah rangsang tidak akan menghasilkan sebuah respon otomatis apabila tidak dipikirkan terlebih dahulu. Artinya, pemikiran individu juga berperan penting dalam menentukan tindakannya. Menurut Mead (dalam Salim, hlmn. 31) usaha untuk mempelajari sebuah masyarakat dinilai terlebih dulu dengan mempelajari individu. Oleh karena itu, teori Interaksionis Simbolik dalam sosiologi berfokus pada individu.
Mead mempelajari tindakan sosial dengan menggunakan teknik intropeksi untuk dapat mengetahui sesuatu yang melatarbelakangi tindakan sosial itu dari sudut aktor. Jadi interaksi simbolik memandang manusia bertindak bukan semata-mata karena stimulus dan respon, melainkan juga didasari atas makna yang diberikan terhadap tindakan tersebut.Mead (dalam Ritzer, hlmnn. 270) mengemukakan bahwa:
“Mengidentifikasi terdapat empat tahap suatu tindakan yang saling bekaitan satu sama lain, yang dapat menunjukan perbedaan serta persamaan tindakan antara binatang dan manusia. Empat tahap ini mencerminkan satu kesatuan organis. Keempat tahap yang dimaksud antara lain: dorongan hati (impulse), persepsi (perception), manipulasi (manipulation) dan konsumasi (consummation).”
1)     Impulse / dorongan hati:
Tahap pertama yang memengaruhi tindakan individu adalah adanya sebuah dorongan hati (impulse). Impulsdapat diartikan sebagai rangsangan secara spontan yang berhubungan dengan alat indra dan reaksi aktor ketika melakukan respon terhadap rangsangan itu. Impuls melibatkan rangsangan pancaindra seketika dan reaksi aktor terhadap rangsangan, kebutuhan untuk melakukan sesuatu terhadapnya. Impuls adalah dorongan hati yang timbul secara tiba-tiba untuk melakukan sesuatu tanpa pertimbangan. Namun dibandingkan dengan binatang maka seorang manusia akan lebih mampu mengendalikan impuls, manusia dapat mengikuti impuls pada saat dia mau, bisa juga dapat menundanya tergantung dari situasi dan kondisi aktor. Manusia juga dapat meminimalisir akibat negatif dari perbuatan yang ingin ia lakukan tersebut. Contoh impuls adalah ketika seseorang mempunyai keinginan untuk membeli baju baru.
2)     Perception / persepsi :
Tahap yang kedua adalah persepsi (perception). Persepsi diartikan sebagai proses penyelidikan dan reaksi terhadap rangsangan yang diberikan oleh impuls. Yaitu aktor mencari dan bereaksi terhadap stimuli yang berhubungan dengan impuls. Aktor tidak secara spontan menanggapi stimuli yang hadir, namun memikirkannya sebentar dan mengonstruksi nilai-nilai yang akan dihasilkan melalui bayangan mental. Binatang maupun manusia bereaksi terhadap rangsangan yang berhubungan dengan impuls. Menurut Shintaviana (2014,hlmnn.5[jurnal])Persepsi adalah bagaimana cara aktor melakukan perbuaannya tersebut dengan menyeleksi melalui situasi dan kondisi aktor. Dengan kata lain, aktor memiliki berbagai macam alternatif pemilihan dan memiliki kewenangan untuk memilih mana yang perlu diperhatikan dan mana yang tidak. Contohnya ketika seseorang ingin membei baju baru, maka ia akan memilah apakah keinginannya tersebut akan ia perhatikan atau tidak.


3)     Manipulation / manipulasi:
Tahap yang ketiga adalah manipulasi (manipulation). Segera setelah impuls menyatakan dirinya sendiri dan objek telah dipahami maka langkah selanjutnya adalah menipulasi objek atau mengambil tindakan berkenaan dengan objek itu. Manipulasi adalah tindakan jeda yang penting dalam proses tindakan berkenaan dengan objek yang diterima. Tindakan ini membedakan kemampuan manusia dengan binatang. Manipulasi merupakan sebuah tindakan yang berusaha untuk memanipulasi atau mengambil tindakan yang berkenaan dengan objek itu. Tindakan jeda untuk bertindak merupakan cara agar tindakan yang dilakukan oleh aktor sesuai dengan kata hati dan bukan karena paksaan. Tahap tersebut dinamai dengan tahap manipulasi yang merupakan tahap jeda yang penting dalam proses tindakan agar impuls tidak diwujudkan secara spontan. Pada tahap ini manusia dapat merubah cara melakukan perbuatannya, agar tidak sama dengan perbuatan dimasa lalu yang merugikan dan tidak bermanfaat. Contohnya adalah ketika seseorang berkeinginan membeli baju, ia memikirkan dampak baik dan buruk apabila ia membei baju.
4)     Consumation/ konsumasi:
Tahap tindakan yang terakhir yaitu penyelesaian atau konsumasi (consumation), yaitu sebuah tahap dimana individu memuaskan hasrat yang sebenarnya. Manusia belajar dari pengalaman, serta mampunyai kemampuan berfikir, sehingga dapat dengan bijak mengambil keputusan. Lain halnya dengan binatang yang mengandalkan insting dan bergantung pada metode trial and error yang dinilai kurang efisien dibandingkan dengan kemampuan manusia untuk berfikir melalui tindakannya.
Baldwin (dalam Ritzer 2010, hlmn.297) Empat tahapan tindakan telah dipisahkan satu sama lain secara berurutan, namun nyatanya Mead melihat adanya hubungan dialektis antara keempat tahap tersebut.
Meski keempat tahap tindakan itu kadang- kadang tampak berangkai menurut urutan garis lurus, sebenarnya keempatnya saling merasuk sehingga membentuk sebuah proses organis. Segi-segi setiap bagian muncul sepanjang waktu mulai dari awal hingga akhir tindakan. Sehingga dengan demikian setiap bagian memengaruhi bagian lain.
Jadi tahap terakhir tindakan mungkin menyebabkan tahap yang lebih awal. Contohnya adalah ketika seseorang berkeinginan membei baju maka setelah ia telah memikirkannya secara matang, maka pada akhirnya ia membeli baju. Contoh lain: memanipulasi makanan mungkin menimbulkan dorongan lapar individu dan persepsi bahwa orang itu lapar, dan bahan makanan tersedia untuk memenuhi kebutuhan.



2.3  Sikap Isyarat (Gesture)
Gerak, atau sikap isyarat adalah sifat dasar dalam menentukan tindakan sosial yang lebih umum. Gesture menurut Mead adalah gerakan organisme pertama kali yang bertindak sebagai rangsangan khusus yang menimbulkan tanggapan yang tepat dari organisme kedua. Organisme kedua tidak akan mengeluarkan rangsangan khusus jika tidak ada tindakan dari organisme pertama. Dengan kata lain, sebuah stimulus yang diberikan oleh organisme pertama menentukan tindakan dari organisme kedua. Berikut ini adalah contoh terkenal Mead tentang perkelahian anjing jika dilihat dalam perspektif isyarat: Tindakan masing-masing anjing menjadi rangsangan untuk anjing lain dalam memberikan tanggapannya. Menurut  Mead (dalam Ritzer 2010, hlmn.277) mengemukakan bahwa
“Fakta juga menunjukan bahwa anjing yang siap menyerang anjing lain akan menjadi rangsangan bagi anjing lain itu untuk mengubah posisi atau sikapnya. Begitu perubahan sikap ini terjadi di pihak anjing kedua, maka anjing pertamapun mengubah sikapnya.”
Bisa diartikan Mead menamakan apa yang terjadi dalam situasi ini merupakan sebuah “percakapan isyarat”. Gerak isyarat anjing pertama secara otomatis mendapatkan gerak isyarat dari anjing kedua, namun tak ada proses berfikir yang terjadi di kedua belah pihak anjing itu. Manusiapun kadang-kadang terlibat dalam percakapan isyarat tanpa fikir seperti itu. contohnya dalam pertandingan anggar dimana banyak tindakan dan reaksi yang terjadi ketika seorang petarung secara naluriah menyesuaikan diri terhadap tindakan lawannya. Tindakan tanpa disadari seperti itu disebut mead sebagai isyarat non signifikan. Apa yang membedakan manusia dari binatang adalah kemampuannya untuk menggunakan gerak isyarat yang signifikan atau memerlukan pemikiran di kedua belah pihak aktor sebelum beraksi.
Isyarat suara sangat penting perannya dalam pengembangan isyarat yang signifikan. Namun tak semua isyarat suara adalah signifikan, kekhususan manusia dibidang isyarat (bahasa) ini pada hakikatnya yang bertanggung jawab atas asal mula pertumbuhan masyarakat dan pengetahuan manusia sekarang dengan seluruh kontrol terhadap alam dan lingkungan dimungkinkan berkat ilmu pengetahuan.

2.4  Simbol-Simbol Signifikan
Simbol-simbol signifikan merupakan kajian yang dikemukakan oleh Mead. Dalam pembahasan Mead ini, Usman memberikan pendapat sebagai berikut:
Menurut Usman (2012. Hlmn. 57) “Dalam pendekatan symbolic interactionism, makna dan simbol sangat penting. Simbol adalah tanda, gerak isyarat dan bahasa. Simbol adalah sesuatu yang mengganti sesuatu yang lain. Sebuah kata adalah terjemahan atau sebagai ganti barang. Bagi pendekatan interaksionisme simbolik penggunaan kata-kata dan bahasa membuat manusia sebagai makhluk yang unik diantara makhluk yang lain”.
Menurut Agus (2009, hlmnn.29) tertib masyarakat akan tercipta apabila ada interaksi dan komunikasi melalui simbol-simbol. Artinya masyarakat tercipta dari interaksi dan simbol – simbol yang sebelumnya di sepakati dan Menurut Agus (2009, hlm.30) Ada hal penting yang perlu diperhatikan dalam konteks komunikasi, yaitu karakteristik komunikasi yang memiliki perbedaan antara komunikasi antarmanusia dan komunikasi hewan. Artinya  Komunikasi manusia mempunyai makna yang mengandung maksud-maksud tertentu, diinterpretasikan melalui gerakan, kata-kata, atau bahasa, sedangkan hewan hanya memberikan respon terhadap stimulasi (rangsangan) yang datang dari binatang lainnya. Hewan selalu bereaksi secara naluri terhadap gerakan-gerakan.  Simbol signifikan adalah jenis gestur yang hanya dapat diciptakan dan diinterpretasikan oeh manusia. Gestur ini menjadi simbol ketika bisa membuat seorang individu mengeluarkan respon-respon yang diharapkan olehnya yang juga diberikan oleh individu yang menjadi sasaran dari gesturnya, karena hanya ketika simbol-simbol ini dipahami dengan makna juga respon yang sama, maka seorang individu dapat berkomunikasi dengan individu lainnya. Dengan kata lain isyarat menjadi simbol signifikan bila muncul dari individu yang membuat simbol-simbol itu sama dengan sejenis tanggapan (tetapi tak selalu sama) yang diperoleh dari orang menjadi sasaran isyarat. Jadi disini dapat disimpulkan simbol-simbol signifikan itu ada 2, yaitu: Simbol Bahasa dan Simbol Isyarat Fisik:
1)     Simbol bahasa:
Fungsi bahasa atau simbol yang signifikan pada umumnya adalah menggerakkan tanggapan yang sama dipihak individu yang berbicara dan juga dipihak lainya. Pengaruh lain dari bahasa merangsang orang yang berbicara dan orang yang mendengarnya.
2)     Simbol isyarat fisik:
Simbol isyarat fisik, menciptakan peluang diantara individu yang terlibat dalam tindakan sosial tertentu dengan mengacu pada objek atau objek-objek yang menjadi sasaran tindakan itu, dengan demikian muka yang cemberut yang tak disengaja mungkin dibuat untuk mencegah seorang anak kecil terlalu dekat ditepi jurang dan dengan cara demikian mencegahnya berada dalam situasi yang secara potensial berbahaya. mungkin dibuat untuk mencegah seorang anak kecil terlalu dekat ditepi jurang dan dengan cara demikian mencegahnya berada dalam situasi yang secara potensial berbahaya.

2.5  Mind (akal Budhi)
Menurut Franks (dalam Ritzer 2012, hlmn.613)Mead mengemukakan bahwa akalbudi bukan sebagai suatu benda, tetapi sebagai suatu proses sosial. Sebuah pikiran timbul lalu berkembang melalui proses sosial serta terdapat bagian integral di dalamnya. Meskipun ada manusia yang bertindak dengan alur aksi dan reaksi, namun sebagian besar manusia melibatkan sebuah proses mental dalam tindakannya, dengan maksud bahwa dengan melibatkan pikiran atau kegiatan mental adalah suatu proses dari adanya aksi dan reaksi.
Di dalam akalbudi pun memunculkan suatu bahasa atau simbol. Simbol yang memiliki arti dalam bentuk gerak-gerik dan dapat pula diartikan dalam bentuk sebuah bahasa. Kemampuan manusia menciptakan bahasa inilah yang dapat membedakan antara manusia dengan hewan. Dari bahasa inilah membuat manusia mampu dalam mengartikan simbol yang berupa gerak-gerik dan mampu menerjemahkan simbol dalam sebuah kata-kata. Dari kemampuan inilah yang memungkinkan manusia menjadi dapat melihat dirinya sendiri melalui pandangan orang lain, dan hal inilah yang sangat penting dalam mengerti secara seksama atau menciptakan respon yang sama terhadap simbil suara yang sama. Dalam mempertahankan kehidupan sosial, yang harus dilakukan seorang aktor adalah harus bisa mengerti simbol-simbol dengan arti yang sama, yang artinya manusia harus mengerti bahasa yang sama. Dalam proses berfikir, bereaksi dan berinteraksi menjadi hal yang memungkinkan sebab simbol yang penting dalam sebuah kelompk sosial mempunyai arti yang sama dan menimbulkan reaksi yang sama pada orang yang menggunakan simbol-simbol tersebut maupun pada orang yang bereaksi pada simbol-simbol tersebut.
Menurut Mead (dalam Ritzer 2012, hlmn.614) terdapat satu ciri khas pikiran individu ialah kemampuan dalam membangkitkan dalam dirinya bukan hanya respon tunggal dari orang lain melaikan respon sekumpulan orang secara keseluruhan. Hal tersebutlah yang memberikan seorang individu yang biasa kita sebut dengan “pikiran”. Maka dari itu, pemikiran dapat dibedakan dari konsep lain yang serupa di dalam karya Mead dengan melalui kemampuannya untuk merespon kepada semuanya dan memaksimalkan suatu respon yang teratur.
Mead juga memperhatikan pentingnya fleksibilitas dari mind ini. Selain memahami simbol-simbol yang sama dengan arti yang sama pula, perlu adanya fleksibilitas  yang memungkinkan untuk terjadinya interaksi dalam situasi tertentu meski orang tidak paham dengan simbol yang diberikan atau simbol yang tidak di sangka-sangka. Pikiran mengikutsertakan proses berfikir yang berorientasi mengarah kepada pemecahan masalah. Di dalam kehidupan banyak masalah, dan dari fungsi pikiran itulah mencoba untuk memecahkan berbagai masalah dan akhirnya menghasilkan manusia mengerjakan suatu hal secara efektif. Hal inilah yang berarti bahwa orang masih dapat melakukan interaksi walaupun ada hal yang membingungkan atau tidak dapat dipahami dan hal itu dapat terjadi karena akalbudi yang sifatnya fleksibel.
Selain itu, hal yang penting bagi Mead adalah simbol verbal. Karena seorang manusia akan mampu mendengarkan dirinya sendiri meskipun orang tersebut tidak dapat melihat tanda atau gerak-gerik fisiknya. Dalam suatu perbuatan dapat mempunyai arti jikalau seseorang dapat mempergunakan akalbudinya untuk dirinya di dalam diri orang lain, sehingga dia dapat memahami  pikiran-pikirannya denga tepat. Tetapi mead berkata bahwa arti bukan berasal dari akalbudi, melainkan dari suatu situasi sosial yang memunculkan arti kepada suatu hal.

2.6  Self (diri)
Menurut Mead, ia menganggap bahwa kemampuan utnuk memberi jawaban pada diri sendiri layaknya memberi jawaban kepada orang lain merupakan kondisi yang sangat penting untuk perkembangan akalbudi. Ia juga mengemukakan bahwa tubuh bukanlah diri, melainkan dia akan menjadi diri ketika pikiran telah berkembang. Dengan arti bahwa self bukan suatu objek melainkan suatu proses sadar yang mempunyai kemampuan untuk berfikir, seperti:
1)     Mampu memberi jawaban kepada diri sendiri seperti orang lain yang juga memberi jawaban
2)     Mampu memberi jawaban seperti aturan, norma atau hukum yang juga memberi jawaban padanya
3)     Mampu untuk mengambil inti dari percakapan sendiri dengan orang lain
4)     Mampu menyadari apa yang sedang dikatakan dan kemampuan untuk menggunakan kesadaran untuk menentukan apa yang harus dilakukan pada fase berikutnya.
Menurut Mead, Self mengalami perkembangan melalui proses sosialisasi. Ada 3 fase dalam proses sosialisasi, yaitu :
1)     Tahap Bermain (Play Stage)
Dalam fase ini, seorang anak bermain atau memainkan peran orang-orang yang dianggap penting baginya. Contohnya, ketika seorang perempuan yang masih kecil menyukai boneka Barbie, maka dia meminta untuk dibelikan baju yang menyerupai baju barbie, seolah dia menjadi Barbie yang diimpikannya.
2)     Tahap Permainan (Game Stage)
Fase kedua ini adalah proses sosialisasi serta proses pembentukan konsep tentang diri, dimana dalam tahapan ini seorang akan mengambil peran orang lain dan terlibat dalam suatu organisasi yang tinggi. Contohnya, seorang anak kecil yang suka bola, yang sebelumnya hanya berpura-pura mengambil peran orang lain, maka dalam fase ini, anak tersebut sudah berperan seperti idolanya dalam sebuah team sepak bola anak-anak, anak tersebut akan berusaha untuk mengatur teamnya dan bekerjasama dengan teamnya. Dalam fase ini, anak tersebut belajar sesuatu yang melibatkan orang banyak, dan sesuatu yang impersonal yaitu aturan-aturan dan norma-norma.
3)     Generalized Other
Dalam fase ini yang digeneralisasikan adalah sikap seluruh komunitas. Kemampuan mengambil peran orang lain yang digeneralisasikan memiliki esensi bahwa hanya sejauh dia mengambil sikap kelompok sosial yang digeneralisasikan, yang membuatnya termasuk kedalam kegiatan tersebut. Hal lain yang lebih penting adalah orang mampu mengevaluasi dirinya sendiri dari sudut pandang orang lain yang digeneralisasikan.
Dalam memiliki suatu diri, orang perlu menjadi anggota komunitas lalu diarahkan dengan sikap-sikap yang lazim bagi komunitasnya. Suatu kelompok perlu tiap individu mengarahkan kegiatan-kegiatan mereka dengan selaras. Terdapat harapan-harapan, kebiasaan-kebiasaan, standar-standar, umum dalam masyarakat. Dalam tahapan ini anak mengarahkan tingkah lakunya berdasarkan standar-standar umum serta norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Contohnya, seorang anak laki-laki tadi yang menyukai sepak bola, dalam fase ini telah mengambil sepenuhnya peran dalam masyarakat. Dia menjadi pesepak bola yang handal dan dalam menjalankan perannya seorang anak menilai tindakannya berdasarkan norma yang berlaku di dalam masyarakat. 
Menurut Mead (dalam Dewi 2009, hlmn. 197) diri terbentuk dari dua unsur yaitu “daku” atau (me) dan “aku” (I). Me dapat dikatakan unsur sosial dalam diri orang dan terdiri dari “Generalized Other” dan semua sikap, makna dan simbol yang telah dibatinkan dan dikerahkan oleh individu pada saat pada saat dan dalam situasi tertentu. I merupakan unsur individual yang bagian dari diri orang kreatif, merasa bebas dan mampu mengungkapkan diri. I dan Me bersama-sama saling merembes menentukan dan melahirkan perilaku manusia.
Membahas aku sebagai subjek dan aku sebagai objek adalah respon seketika seorang individu kepada orang lain. Aku adalah aspek diri yang tidak dapat diramalkan, dihitung. Mead menekankan kata “aku” karena empat alasan, yaitu:
1)     Ia adalah suatu sumber kunci bagi kebaruan dalam proses sosial
2)     Ia percaya bahwa nilai-nilai penting dalam dalam Aku
3)     Aku membentuk sesuatu yang dicari oleh kita semua yang memungkinkan kita mengembangkan sesuatu personalitas yang jelas
4)     Mead melihat adanya suatu proses evolusioner di dalam sejarah ketika orang-orang yang ada di dalam masyarakat primitif lebih banyak didominasi oleh “diriku” sementara “aku” didominasi pada masyarakat modern.
Mead memandang “aku” dan “diriku”  dalam istilah pragmatis. Diriku memperlihatkan individu mampu hidup secara nyaman di dunia sosial, sedangkan aku memungkinkan adanya perubahan di dalam masyarakat. Dengan jelas bahwa aku dan diriku adalah bagian dari keseluruhan dalam proses sosial dan dapat memungkinkan individu dan masyarakat bersama-sama dapat berfungsi secara efektif sesuai dengan apa yang diharapkan.

2.7  Masyarakat (society)
Di dalam ulasan George Herbert Mead mengenai masyarakat dalam teori Interaksionisme Simbolik ini bukanlah masyarakat dalam artian makro dengan segala struktur yang ada, melainkan masyarakat dalam ruang lingkup yang lebih mikro, yaitu organisasi sosial tempat akalbudi serta diri ini muncul. Mead berasumsi bahwa masyarakat adalah proses yang berlangsung terus-menerus mementingkan pikiran dan diri. Oleh sebab itu, ketika membentuk pikiran dan diri, masyarakat sudah sangat jelas memiliki peran yang penting. Menurut Mead dalam hal ini, masyarakat sebagai pola-pola interaksi dan institusi sosial yang artinya hanya seperangkat respon yang biasa terjadi atas berlangsungnya pola-pola interaksi tersebut, karena Mead berasumsi bahwa masyarakat ada sebelum individu dan proses mental atau proses berpikir muncul dari masyarakat.
Lalu, dalam level masyarakat terdapat sejumlah hal yang dapat disebut sebagai lembaga-lembaga sosial. Menurut Mead, Lembaga adalah  respon bersama dalam suatu komunitas atau kebiasaan-kebiasaan hidup komunitas. Dan lebih jelasnya lagi, bahwa lembaga itu merupakan seluruh komunitas bertindak ke arah individu di bawah keadaan tertentu dengan cara yang identik, terdapat suatu respon identik di pihak seluruh komunitas dibawah kondisi ini. Dan hal itu disebut dengan lembaga. Jadi dengan adanya lembaga membuat kita melakukan sikap yang teratur dan sikap tersebut membantu untuk mengendalikan tindakan kita sebagai individu.
Tetapi Mead berhati-hati bahwa lembaga tidak harus menghancurkan kreativitas individu. Yang paling penting, bagi Mead lembaga-lembaga harus merencanakan apa yang harus dilakukan orang dalam arti yang luas dan memberikan ruang yang luas untuk individu lebih kreativitas. Teori Interaksionisme Simbolik di dalamnya terdiri dari Mind, Self dan Society adalah sebuah teori yang mengulas mengenai cara manusia bertindak berdasarkan simbol yang menghasilkan sebuah makna, dimana makna tersebut diperoleh dari interaksi dengan orang lain, serta makna-makna itu terus meluas dan disempurnakan ketika proses interaksi berlangsung.

2.8  Definisi ulang
Menurut Baldwin(dalam Ritzer, 2012, hlmn.655) memerhatikan perpecahan ilmu – ilmu sosial secara umum, dalam teori sosiologis secara khusus, dan berargumen bahwa perpecahan demikian membantu menghalangi pengembangan suatu teori sosiologis “pemersatu”yang umum dan, secara lebih umum, suatu ilmu dunia sosial. Maksudnya john baldwin ini mengdefinisikan kembali pengertian interaksional simbolik lebih mengfokuskan kajiannya terhadap integritas suatu teori dimana pengembangan teori sosiologis  di kembangkan dari suatu ilmu sosial yang sudah tercipta yang secara umum dan lebih khusus menjadi sosiologis khususnya interaksionalis simbolis yang di kemukakan oleh George Herbert Mead
Baldwin (dalamRitzer 2012, hlmn. 656) mengemukakan beberapa alasan dasar untuk Mead
1)     Teoritis Mead meliputi deretan fenomena Sosial dari level Mikro hingga Makro artinya Teori yang di kemukakan Mead meliputi fenomena sosial yang terjadi di semua tingkatan masyarakat tanpa terkecuali dari kelas bawah, menengah hingga atas (lengkapi dengan gambar) baik itu berkaitan dengan perubahan sosial,perilaku,ekologi ,maupun masyarakat itu sendiri.
2)     Mead tidak hanya mempunyai pengertian makro dan mikro yang terintegrasi mengenai dunia sosial, dia juga memberikan “suatu sistem yang luwes untuk sumbangan – sumbangan semua aliran sosial yang kontemporer artinya Mead mengembangkan teori ini tidak hanya di gunakan oleh aliran sosiologi saja namun bisa di gunakan oleh bidang ilmu yang lainnya dalam mengembangkan teori yang baru khususnya dalam aliran sosial dimana adanya teori baru tidak menghilangkan teori yang telah ada sebelumnya.
3)     Komitmen Mead terhadap metode ilmiah membantu memastikan bahwa data dan teori di seluruh komponen sistem sosial dapat di integrasikan dengan seimbang. Artinya pemanfaatan bisa di pertahankan secara empiris atau bisa di katakan interaksional simbolik yang di kemukakan Mead bisa di buktikan secara nyata dan Mead secara tidak langsung berusaha mengungkapkan bahwa interaksi adalah pengalaman yang pasti di alami oleh setiap individu saat bertemu dengan individu lainnya dan Stryker (dalam Ritzer, 2012, hlmn.656) mengemukakan bahwa :
“Interaksionalisme simbolik adalah suatu kerangka teoritis yang memuaskan dan menjembatani struktur sosial dan orang – orang, harus mampu bergerak dari level orang kepada level struktural sosial berskala besar dan kembali lagi”
Artinya interaksionalisme simbolik ini di ibaratkan sebagai kerangka yang mengintegrasikan struktur sosial dimana disana terdapat mobilitas sosial individu atau bisa di katakan perpindahan level seseorang baik itu saat di tingkat bawah, menengah, maupun atas yang berpengaruh bagi individu tersebut maupun kelompok yang ia ikuti. Dalam Ritzer (1992,hlmn.656) menyebutkan bahwa Stryker melampaui Mead  dimana ia memperkenalkan konsep dan prinsip peran yang memadai dampak resiprokal pribadi sosial dan struktur sosial. Sehingga bisa di simpulkan bahwa Stryker lebih mengfokuskan peran dan bagaimana hubungan timbal balik antar individu, antar kelompok maupun antar individu dengan kelompok yang di kaitkan dengan struktur sosial yang ada di masyarakat dan bagaimana peran – peran yang ada di masyarakat secara khusus individu – individu yang ada. Stryker  (dalam Ritzer, 2012, hlmn. 656) mengembangkan oreintasinya dalam 8 prinsip umum yaitu  :
1)     Tindakan manusia tergantung pada dunia yang dinamai dan diklasifikasi makna.
2)     Hal – hal yang paling penting yang di pelajari orang antara lain adalah simbol – simbol yang di gunakan posisi – posisi sosial dan memberikan kedudukan sentral kepada peran – peran.
3)     Pentingnya struktur sosial dalam kehidupan masyarakat sebagai kerangka kerja tempat orang bertindak.
4)     Bertindak dalam konteks ini sebagai penanda diri mereka sendiri berkenaan dengan perilaku sosial. Artinya mereka menerapkan penandaan posisional
5)     Ketika berinteraksi, orang – orang mendefiniskan situasi dengan memberikan nama – nama kepada individu lain
6)     Perilaku sosial tidak di tentukan oleh yang makna – makna sosial meskipun di batasi olehnya.
7)     Struktur sosial membantu membatasi kadar ketika peran di buat ketimbal sekadar di ambil.
8)     Berbagai perubahan sosial dimungkinkan oleh pembuat peran sehingga menimbulkan efek kumulatif perubahan dalam struktur sosial yang lebih besar.
Sehingga bisa di katakan bahwa 8 prinsip umum yang di kemukakan oleh Stryker lebih mengartikan secara khusus interaksionalisme simbolik di bentuk oleh peran yang ada di masyarakat dan atas kesepakatan masyarakat itu sendiri bagaimana mendefinisikan sebuah simbol – simbol yang ada di struktur masyarakat itu sendiri dan juga Stryker memperbaharui Teori interaksionisme simbolik ini bagaimana tindakan juga berperan penting dalam interaksi masyarakat  tidak hanya komunikasi dan kontak saja

2.9  Kritik terhadap Mead
   Gary Fine  pada tahun 1993 (dalam Ritzer 2012,hlmn.659) menjelaskan interaksionisme simbolik telah berubah secara dramatis  pada tahun – tahun belakangan ini dan beberapa alasannya sebagai berikut :
1.   Ia telah mengalami fragmentasi  yang sangat besar sejak masa jayanya di Universitas Chicago pada tahun 1920-an dan 1930-an. Karya yang sangat beraneka ragam kini tercakup di bawah katerogi interaksionisme simbolik  yang luas.
2.   Interaksionisme simbolik telah mengalami perluasan dan telah menjauh di luar perhatian tradisionalnya kepada relasi – relasi mikro.
3.   Interaksionisme simbolik telah menggabungkan ide – ide dari banyak perspektif teoritis lain dan secara mendalam di dalam beberapa isu utama yang menghadang teori sosiologi pada tahun 1990-an mikro – makro,agensi – struktur , dan seterusnya.
Dengan demikian kita dapat di artikan dari ketiga alasan yang di kemukanan oleh Fine
1.   Artinya jika kita melihat arti kata fragmentasi  itu sendiri menurut KBBI adalah berkembang menjadi beberapa bagian – bagian sehingga interaksionisme simbolik di masa depan diharapkan bisa berkembang menjadi teori yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan sosial
2.   Maksudnya kata kunci di alasan yang kedua ini adanya perluasan sehingga perhatian interaksionisme simbolik ini meninggalkan ciri khasnya yaitu menfokuskan perhatianya pada relasi mikro.
3.   Maksudnya teori interaksionisme simboliknya ini berusaha menggabungkan ide – ide yang berasal dari perspektif teori yang Mead dapatkan dan berusaha menghadang teori sosiologi dengan mengkaitkan isu mikro – makro dalam Struktur sosial.
Ritzer (2012, hlmn.659) mengungkapkan dengan demikian garis – garis yang memisahkan interaksionisme simbolik dan teori – teori sosiologis lainnya telah di kaburkan secara besar – besaran. Dengan adanya ketidaksuaian interaksionisme simbolik dengan teori sosiologi karena orang – orang yang masih berpegang teguh terhadap teori ini yang merusak kepada struktur yang di pelajari dalam Sosiologi dan berkaitan dengan perkawinan yang di sebutkan oleh Fine (dalam Ritzer 2012, hlmn.660) dimana di masa depan banyaknya perkawinan campuran, semakin banyak penyimpangan, dan semakin banyak interaksi. Artinya interaksi di masa depan akan menjadi peralatan atau label individu untuk berkomunikasi yang lebih jelas dan di dukung oleh tindakannya sendiri yang berpengaruh terhadap struktur sosial yang masyarakat buat atau di sepakati bersama mulai dari kalangan bawah, menengah maupun kalangan atas

     3.Simpulan
Interaksionisme simbolik adalah suatu kajian ilmu sosiologi yang mengungkap realitas kehidupan manusia yang pada hakikatnya makhluk sosial. Teori interaksionisme simbolik dikonstruksikan atas sejumlah ide-ide dasar dan hal  ini mengacu pada masalah-masalah kelompok manusia atau masyarakat, interaksi sosial, obyek, manusia sebagai pelaku, tindakan manusia dan interkoneksi dari saluran-saluran tindakan. Secara bersama-sama, ide-ide mendasar ini mepresentasikan cara di mana teori interaksonalisme simbolik ini memandang masyarakat mereka memberikan perangkat kerja pada ilmu sekaligus menganalisisnya.
Adapun ide-ide pemikiran George Herbert Mead yaitu, pertama Prioritas Sosial,prioritas sosial menurut Mead disini yaitu, memberikan prioritas pada kehidupan sosial dalam memahami pengalaman sosial yang  mendahului pemikiran individu baik secara logika maupun temporer.KeduaTindakan, tindakan disini yaitu, memusatkan perhatian pada rangsangan (stimulus) dan (respon) sehingga bisa di katakan memandang manusia bertindak bukan semata-mata karena stimulus dan respon, melainkan juga didasari atas makna yang diberikan terhadap tindakan tersebut.
 Tetapi, stimulus di sini tidak menghasilkan respon manusia secara otomatis dan tanpa dipikirkan.  KetigaSikap-Isyarat (Gesture), gesture disini yaitu, gerakan organism pertama yang bertindak sebagai rangsangan khusus yang menimbulkan tanggapan (secara sosial) yang tepat dari organism keduadan  juga gerakan organisme pertama kali yang bertindak sebagai rangsangan khusus yang menimbulkan tanggapan yang tepat dari organisme kedua.
KeempatSimbol-Simbol Signifikan, simbol signifikan adalah sejenis gerak isyarat yang hanya dapt diciptakan manusia.Kelima Mind (Akalbudi),menurut Mead mind merupakan sesuatu yang menghasilkan bahasa isyarat ataupun simbol. Keenam Self (Diri), menurut Mead self bukan suatu obyek melainkan suatu proses sadar yang mempunyai kemampuan untuk berpikir. KetujuhSociety (Masyarakat), bagi Mead masyarakat itu sebagai pola-pola interaksi dan institusi sosial yang adalah hanya seperangkat respon yang biasa terjadi atas berlangsungnya pola-pola interaksi.
Adanya berbagai interaksonalisme simbolik tersebut, sangat jelas tergambar bahwa sebuah interaksi dapat berlangsung dengan menggunakan berbagai cara yang bisa dimengerti oleh individu satu dengan yang lainnya, yaitu berupa makna maupun simbol.


DAFTAR PUSTAKA
Sumber buku:
Johnson Doyle: Teori Sosiologi Sosiologi Klasik Dan Modern  di indonesiakan oleh,Robert M.Z.Lawang . PT Gramedia Pustaka Utama. Cetakan ke-2 1990 
Ritzer George. Teori Sosiologi: Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. University Maryland. Pustaka Pelajar. 2012
Ritzer, George - Douglas J.Goodman, Teori Sosiologi Modern,Jakarta : Kencana Prenada media groupcetakan ke-6.2010
Salim  Agus. Pengantar Sosiologi Mikro. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.2008
Usman Sunyoto. Sosiologi : Sejarah, Teori, dan Metodelogi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2012
Wulansari  Dewi.  Sosiologi konsep dan teori . Bandung : PT Rafika Aditama .2009
Sumber jurnal:
Muchlis yang berjudul :Kekerasan Geng Motor di Bandung dalam Perspektif Teori Interaksionisme simbolik tahun 2011 halaman 14
Fransisca Vivi Shintaviana dan Dr. G. Arum Yudarwati yang berjudul : Konsep Diri serta Faktor – Faktor Pembentuk Konsep Diri Berdasarkan Teori Interaksionisme Simbolik tahun 2014 halaman 5
Sumber internet
·         Wikipedia. [Online]. Tersedia: Id.m.wikipedia.org/wiki/rangsang (Diakses 26 Februari 2016)
·         Anonim. (2012). Biografi Singkat George Herbert Mead. [Online]. Tersedia: http://wacanasosiologi.blogspot.com/2011/12/biografi-singkat-george-herbert mead.html (18 Februari 2016).
·         Wikipedia. [Online]. Tersedia: Id.m.wikipedia.org/wiki/rangsang (Diakses 26 Februari 2016)
·         Teori interaksionisme simbolik dari George herbert Mead [online] tersedia di: https://alvinmod.wordpress.com/2015/01/23/george-herbert-mead-dan-teori-teorinya/ (diakses 26 febuari 2016)

Komentar

Postingan Populer